KPA Cilegon Sosialisasikan Penanggulangan HIV dan AIDS Kepada Nelayan Merak


Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cilegon bekerjasama dengan Puskesmas Pulomerak menyelenggarakan pertemuan sosialisasi penanggulangan HIV dan AIDS kepada nelayan di wilayah kecamatan Pulomerak, tepatnya di Puskesmas Pulomerak. Acara yang dihadiri 25 orang nelayan ini dibuka oleh Kepala Puskesmas pulomerak, drg. Sefi Saeful Kholiq, dengan pembicara Sugeng Riyanto dan perwakilan dari KPA Kota Cilegon yaitu Robiatul Adawiyah. Jum’at, (29/4).

Pada sosialisasi ini disampaikan pengertian, pencegahan, pengobatan dan penanggulangan HIV dan AIDS kepada nelayan. Peserta tampak antusias dalam mengikuti kegiatan ini dan banyak diantara mereka yang bertanya dan ingin memeriksakan diri ke Klinik VCT.

Dalam sambutannya, Sefi Saeful Kholik mengatakan, bahwa nelayan merupakan kelompok Resiko Tinggi (RISTI) di wilayah Pulomerak, karena itulah KPA menyelenggarakan sosialisasi pada hari ini khusus kepada nelayan di wilayah Pulomerak.

Kegiatan pertemuan sosialisasi ini sebelumnya pernah dilaksanakan kepada Perusahaan, lurah, tokoh masyarakat, Tokoh Agama, Sekolah, Petugas kesehatan, kader posyandu, kader kesehatan desa siaga guru, anak jalanan, waria, sopir truk, dan Sopir bis, di wilayah kecamatan Pulomerak dan Jombang bekerjasama dengan puskesmas Pulomerak dan Jombang sebagai mitra KPAK Cilegon dalam Program penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Cilegon.

Sementara itu, Sugeng Riyanto selaku pembicara, memaparkan bahwa Pulomerak adalah Kecamatan dengan angka kasus tertinggi di kota cilegon, disusul oleh Jombang, Purwakarta, Cilegon, Citangkil, cibeber dan Ciwandan. Pada bulan maret ini ada 6 kasus HIV dengan 1 orang meninggal. Pada akhir desember 2010 jumlah kasus HIV di cilegon 180 Kasus dengan 41 orang meninggal. Sampai bulan maret ini sudah ada 190 Kasus dengan 48 orang meninggal dunia.

“Berdasarkan temuan kasus tersebut, diketahui bahwa Epidemi HIV dan AIDS dikota cilegon semakin meningkat. Untuk menekan epidemic HIV dan AIDS KPA Kota Cilegon menyelenggarakan Sosialisasi penanggulangan HIV dan AIDS kepada masyarakat di Kota Cilegon, terutama kepada kelompok Resiko Tinggi (RISTI)”, terang Sugeng.

HIV dan AIDS adalah masalah kita bersama dan tanggung jawab bersama. Fenomena HIV dan AIDS adalah fenomena gunung es yang baru tampak permukaannya saja. Dibutuhkan kerjasama dari semua lapisan masyarakat Kota Cilegon untuk mengungkap kasus dan penanggulangan HIV dan AIDS. @Adaw

Baca Selengkapnya......

Saatnya Peduli AIDS

Beberapa waktu yang lalu kita cukup dikejutkan oleh pemberitaan di beberapa media cetak baik lokal maupun nasional mengenai fenomena perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS di Banten yang terus meningkat hingga mencapai lebih dari 1800 orang penderita dan 86 diantaranya sudah meninggal dunia. Sebagian besar dari mereka masih berusia produktif atau remaja.

Mungkin kata HIV dan AIDS sudah tidak asing lagi ditelinga kita, namun sadarkah kita bahwa virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) ini sudah sangat dekat dengan kita, terlebih tidak tampak ciri yang khusus pada penderitanya.


HIV/AIDS merupakan jenis penyakit epidemi yang bisa mematikan dan saat ini belum ada obatnya. Karena dapat menurunkan kekebalan tubuh manusia dan pengidapnya bisa menjadi pembawa penularan virus seumur hidupnya, maka sudah saatnya kita peduli dan memberikan perhatian khusus kepada mereka.

JAUHILAH VIRUSNYA BUKAN ORANGNYA.

Slogan itu memang mengingatkan kita untuk bersikap peduli apabila bertemu dengan penderita. Tidak perlu khawatir karena berpelukan, berjabat tangan, pemakaian kamar mandi bersama, berenang dikolam renang, gigitan nyamuk atau serangga lainnya, membuang ingus, batuk atau meludah serta pemakaian piring, gelas atau makan minum bersama bukanlah faktor yang dapat menularkan penyakit HIV dan AIDS. Penyakit ini dapat menular dengan cepat melalui sex bebas dan penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi HIV pada pengguna narkotik suntik (penasun).

PERDA (Peraturan Daerah) HIV dan AIDS yang disahkan oleh DPRD Banten pada 5 November 2010 yang lalu menjadi angin segar terhadap upaya penanggulangan AIDS di Provinsi Banten. Paling tidak kita dapat berharap Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) yang semula berjalan sendiri-sendiri dapat merapatkan barisan dan menyatukan langkah secara serius melakukan upaya penanggulangan secara optimal.

Pemberlakuan perda penanggulangan AIDS juga diharapkan mampu menjamin pelayanan kesehatan penderita HIV. Untuk itu kita perlu memberikan apresiasi kepada Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang dan Rumah Sakit Al Qodr Tangerang yang mampu menjalankan instruksi sebagai tempat rujukan pasien AIDS, seperti yang tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 760/SK/VI/2007. 

Sungguh sangat ironis bila saat ini masih ada pemerintah dan masyarakat yang tidak peduli akan penyebaran yang begitu cepat dan sulit terdeteksi. Adanya upaya pemerintah mendukung upaya Penanggulangan HIV dan AIDS secara menyeluruh perlu dilakukan dengan tata kelola yang baik, sistematis, terstruktur dan terukur.

Tata Kelola yang diharapkan dalam mencapai koordinasi yang baik untuk penanggulangan secara bersama diantaranya adalah adanya Akuntabilitas penyelenggaraan upaya penanggulanga AIDS dalam segala bidang dan di semua tingkat, dapat terlaksananya upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan upaya penanggulangan AIDS dengan melibatkan masyarakat khususnya penerima manfaat layanan, kepekaan dan daya tanggap para penyelanggara penanggulangan AIDS, profesionalisme, efisien, kesetaraan, wawasan ke depan dan penegakan hukum dalam arti menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia dan memperhatikan nilai – nilai yang ada di dalam masyarakat.

Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Banten

Dalam kapasitas Penanggulangan AIDS ini KPA Provinsi Banten bukanlah sebagai implementator ( pelayanan teknis berupa pembukaan klinik, mitigasi dan obat – obatan ) . Tetapi KPA Provinsi Banten dalam tata laksananya melakukan koordinasi kepada setiap mitra dan SKPD terkait di Provinsi Banten agar program Penanggulangan HIV dan AIDS ini berjalan selaras dan dapat menekan laju epidemi penyebaran HIV AIDS di tahun 2011 dan tahun – tahun mendatang.

KPA Provinsi Banten sebagai bagian integral dari komponen yang akan terlibat dalam program penanggulangan penyebaran HIV dan AIDS akan secara sinergis bersama SKPD maupun elemen lain dalam melaksanakan Perda Penanggulangan HIV dan AIDS. KPA Provinsi Banten siap bekerja sama dengan seluruh komponen untuk melaksanakan Perda Penanggulangan HIV dan AIDS. Kendati begitu peran serta dan partisipasi masyarakat juga dibutuhkan, terutama cara bersikap masyarakat terhadap orang dengan HIV dan AIDS atau (ODHA), karena pandangan buruk terhadap orang yang terinfeksi HIV juga menjadi persoalan tersendiri dalam penanganan HIV dan AIDS.

Semoga secara bersama kita dapat melakukan penekanan lajunya penyebaran virus HIV dan AIDS ini, demi menyelamatkan masa depan anak – anak kita agar dapat hidup lebih sehat, bermafaat bagi agama, keluarga, dan negara. [Ema Nurbaini]

Baca Selengkapnya......

Salah Kaprah HIV AIDS Yang Melegenda

Dua kata HIV dan AIDS bisa menciptakan ketakutan tersendiri bagi banyak orang. Tapi selama bertahun-tahun, banyak kesalahpahaman dan mitos yang beredar seputar HIV dan AIDS.

Sangat penting untuk mengetahui kebenaran dari mitos-mitos yang beredar seputar HIV AIDS. Percaya pada mitos yang beredar dapat menyebabkan ketakutan, penolakan bahkan membahayakan kesehatan Anda.

Berikut beberapa mitos seputar penyebab dan gejala HIV yang ditulis Dr Swapan Ghosh, MBBS dan American Board of seksologi (ABS) Certified Clinical Sexologist, seperti dilansir Lifemojo, Rabu (27/4/2011):


Mitos, HIV bisa menular dari kontak biasa
Ini merupakan mitos yang paling sering dipercaya orang sehingga menyebabkan banyak ODHA (orang dengan HIV/AIDS) ditolak dan dikucilkan. Yang perlu diketahui adalah HIV hanya dapat menyebar melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain (seperti sperma, cairan vagina dan air susu ibu) dan bukan dari kontak biasa (kontak kulit).

Memeluk, mencium dengan mulut tertutup, berbagi minuman, menggunakan peralatan olahraga, berbagi peralatan makan, menggunakan toilet yang sama atau ketika batuk dan bersin, keadaan tersebut tidak bisa menyebabkan penyebaran HIV.

Bahkan berciuman dengan mulut terbuka atau french kiss dianggap berisiko rendah karena air liur sebagai pembawa virus sering diabaikan. Namun yang menjadi kekhawatiran adalah ketika penderita HID AIDS mengalami luka di bagian mulut atau penyakit gusi yang nantinya bisa menyebarkan virus HIV.

Mitos, HIV adalah penyakit homoseksual
HIV adalah virus yang bisa menyerang siapa saja tanpa memandang orientasi seksual. HIV bisa diderita oleh orang yang baru lahir, lansia, wanita, remaja dan anak-anak dari setiap ras atau kebangsaan. Di seluruh dunia, HIV menyebar kebanyakan melalui kontak heteroseksual.

Mitos, nyamuk dapat menularkan HIV
Nyamuk tidak memasukkan darah orang lain ke dalam tubuh orang baru yang mereka gigit. Namun, nyamuk melakukan menyuntikkan air liur ke dalam korban-korbannya, yang mungkin membawa penyakit seperti malaria, demam berdarah, demam kuning dan lainnya. HIV tidak berkembang biak pada tubuh serangga, sehingga virus tidak bertahan cukup lama dalam tubuh nyamuk untuk ditransmisikan melalui air liur.

Mitos, seks oral tidak bisa menyebabkan HIV
Anda bisa mendapatkan HIV dengan melakukan oral seks dengan pria atau wanita, meskipun kemungkinan relatif lebih kecil dibandingkan tertular virus melalui hubungan seksual.

Air mani atau cairan vagina dapat membawa penyakit. Risiko meningkat ketika terdapat luka terbuka pada alat kelamin dan atau mulut, atau penyakit gusi signifikan atau perdarahan. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan penghalang lateks (kondom) selama seks oral, vagina ataupun dubur.

Mitos, orang yang HIV positif akan terlihat sakit
Orang dapat terinfeksi HIV selama lebih dari 10 tahun tanpa menunjukkan tanda-tanda atau gejala. Selama bertahun-tahun orang merasa baik, mampu bekerja seperti sebelumnya dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Jadi bahkan jika pasangan tampak sehat, penting untuk mengetahui status HIV.

Mitos, ibu yang menderita HIV tidak bisa memiliki anak
Perempuan yang terinfeksi HIV masih bisa subur dan risiko menularkan HIV kepada anak yang belum lahir adalah antara 15 sampai 30 persen. Namun, dengan terapi antiretroviral yang sudah tersedia sekarang, tingkat penularan dari ibu ke anak telah turun menjadi sekitar 2-3 persen. Jadi ibu yang menderita HIV tetap punya kesempatan untuk memiliki anak.

Mitos, HIV adalah hukuman mati
Ini adalah mitos terbesar dari kesemuanya. Obat-obatan, program pengobatan dan pemahaman yang lebih baik tentang HIV dan AIDS memungkinkan orang yang terinfeksi untuk hidup normal, sehat dan hidup produktif.


Sumber : detikHealth.com 27 Aprl 2011

Baca Selengkapnya......

Subsidi Obat HIV AIDS 5 Tahun Ke Depan

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih memastikan para pengidap HIV/AIDS tetap dapat mengakses obat antiretroviral secara gratis setidaknya hingga lima tahun ke depan.
Saat mendampingi kunjungan kerja Wakil Presiden Boediono di Jambi, Jumat (1/4), Endang menyatakan, pengadaan obat gratis bagi pengidap HIV/AIDS 60 persen didapat dari dana Global Fund dan selebihnya dari APBN. Dukungan dana Global Fund masih akan mengalir hingga lima tahun ke depan. Anggaran dari APBN juga terus ditingkatkan.

Endang mengakui, pengadaan obat bagi pengidap HIV/AIDS masih bergantung pada pasokan dari produsen luar. Kimia Farma berupaya membuat obat antiretroviral (ARV) generik, tetapi belum dapat memproduksi massal karena belum memperoleh prekualifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Ketua Jaringan Orang Terinfeksi HIV/AIDS Provinsi Jambi, Yuli, mendesak pemerintah memberi dukungan bagi Kimia Farma agar produksi obat ARV generik dapat segera diproduksi dalam negeri. Dengan demikian, harga obat ARV menjadi lebih murah dan pemerintah tidak lagi bergantung pada obat dari luar. ”Kalau ARV sudah bisa diproduksi di dalam negeri, harganya pasti akan jauh lebih murah,” harap Yuli.
Yuli menuturkan, selama ini pasokan obat ARV di Jambi tidak selalu lancar, padahal jumlah pengidap HIV/AIDS terus bertambah. Tahun 2009, jumlah orang terkena HIV/AIDS mencapai 280 orang, tetapi kini telah mencapai 492 penderita. ”Terkadang terjadi obat terlambat dikirim ke Jambi hingga satu bulan lamanya,” kata Yuli.

Sumber : Kompas.com 2 april 2011

Baca Selengkapnya......
 
 
 
 
Copyright © KPA Kota Cilegon | Powered by Hengki Siswo Utomo