Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih memastikan para pengidap HIV/AIDS tetap dapat mengakses obat antiretroviral secara gratis setidaknya hingga lima tahun ke depan.
Saat mendampingi kunjungan kerja Wakil Presiden Boediono di Jambi, Jumat (1/4), Endang menyatakan, pengadaan obat gratis bagi pengidap HIV/AIDS 60 persen didapat dari dana Global Fund dan selebihnya dari APBN. Dukungan dana Global Fund masih akan mengalir hingga lima tahun ke depan. Anggaran dari APBN juga terus ditingkatkan.
Endang mengakui, pengadaan obat bagi pengidap HIV/AIDS masih bergantung pada pasokan dari produsen luar. Kimia Farma berupaya membuat obat antiretroviral (ARV) generik, tetapi belum dapat memproduksi massal karena belum memperoleh prekualifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Ketua Jaringan Orang Terinfeksi HIV/AIDS Provinsi Jambi, Yuli, mendesak pemerintah memberi dukungan bagi Kimia Farma agar produksi obat ARV generik dapat segera diproduksi dalam negeri. Dengan demikian, harga obat ARV menjadi lebih murah dan pemerintah tidak lagi bergantung pada obat dari luar. ”Kalau ARV sudah bisa diproduksi di dalam negeri, harganya pasti akan jauh lebih murah,” harap Yuli.
Yuli menuturkan, selama ini pasokan obat ARV di Jambi tidak selalu lancar, padahal jumlah pengidap HIV/AIDS terus bertambah. Tahun 2009, jumlah orang terkena HIV/AIDS mencapai 280 orang, tetapi kini telah mencapai 492 penderita. ”Terkadang terjadi obat terlambat dikirim ke Jambi hingga satu bulan lamanya,” kata Yuli.
Sumber : Kompas.com 2 april 2011
0 comments:
Post a Comment