Dua kata HIV dan AIDS bisa menciptakan ketakutan tersendiri bagi banyak orang. Tapi selama bertahun-tahun, banyak kesalahpahaman dan mitos yang beredar seputar HIV dan AIDS.
Sangat penting untuk mengetahui kebenaran dari mitos-mitos yang beredar seputar HIV AIDS. Percaya pada mitos yang beredar dapat menyebabkan ketakutan, penolakan bahkan membahayakan kesehatan Anda.
Berikut beberapa mitos seputar penyebab dan gejala HIV yang ditulis Dr Swapan Ghosh, MBBS dan American Board of seksologi (ABS) Certified Clinical Sexologist, seperti dilansir Lifemojo, Rabu (27/4/2011):
Mitos, HIV bisa menular dari kontak biasa
Ini merupakan mitos yang paling sering dipercaya orang sehingga menyebabkan banyak ODHA (orang dengan HIV/AIDS) ditolak dan dikucilkan. Yang perlu diketahui adalah HIV hanya dapat menyebar melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain (seperti sperma, cairan vagina dan air susu ibu) dan bukan dari kontak biasa (kontak kulit).
Memeluk, mencium dengan mulut tertutup, berbagi minuman, menggunakan peralatan olahraga, berbagi peralatan makan, menggunakan toilet yang sama atau ketika batuk dan bersin, keadaan tersebut tidak bisa menyebabkan penyebaran HIV.
Bahkan berciuman dengan mulut terbuka atau french kiss dianggap berisiko rendah karena air liur sebagai pembawa virus sering diabaikan. Namun yang menjadi kekhawatiran adalah ketika penderita HID AIDS mengalami luka di bagian mulut atau penyakit gusi yang nantinya bisa menyebarkan virus HIV.
Mitos, HIV adalah penyakit homoseksual
HIV adalah virus yang bisa menyerang siapa saja tanpa memandang orientasi seksual. HIV bisa diderita oleh orang yang baru lahir, lansia, wanita, remaja dan anak-anak dari setiap ras atau kebangsaan. Di seluruh dunia, HIV menyebar kebanyakan melalui kontak heteroseksual.
Mitos, nyamuk dapat menularkan HIV
Nyamuk tidak memasukkan darah orang lain ke dalam tubuh orang baru yang mereka gigit. Namun, nyamuk melakukan menyuntikkan air liur ke dalam korban-korbannya, yang mungkin membawa penyakit seperti malaria, demam berdarah, demam kuning dan lainnya. HIV tidak berkembang biak pada tubuh serangga, sehingga virus tidak bertahan cukup lama dalam tubuh nyamuk untuk ditransmisikan melalui air liur.
Mitos, seks oral tidak bisa menyebabkan HIV
Anda bisa mendapatkan HIV dengan melakukan oral seks dengan pria atau wanita, meskipun kemungkinan relatif lebih kecil dibandingkan tertular virus melalui hubungan seksual.
Air mani atau cairan vagina dapat membawa penyakit. Risiko meningkat ketika terdapat luka terbuka pada alat kelamin dan atau mulut, atau penyakit gusi signifikan atau perdarahan. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan penghalang lateks (kondom) selama seks oral, vagina ataupun dubur.
Mitos, orang yang HIV positif akan terlihat sakit
Orang dapat terinfeksi HIV selama lebih dari 10 tahun tanpa menunjukkan tanda-tanda atau gejala. Selama bertahun-tahun orang merasa baik, mampu bekerja seperti sebelumnya dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Jadi bahkan jika pasangan tampak sehat, penting untuk mengetahui status HIV.
Mitos, ibu yang menderita HIV tidak bisa memiliki anak
Perempuan yang terinfeksi HIV masih bisa subur dan risiko menularkan HIV kepada anak yang belum lahir adalah antara 15 sampai 30 persen. Namun, dengan terapi antiretroviral yang sudah tersedia sekarang, tingkat penularan dari ibu ke anak telah turun menjadi sekitar 2-3 persen. Jadi ibu yang menderita HIV tetap punya kesempatan untuk memiliki anak.
Mitos, HIV adalah hukuman mati
Ini adalah mitos terbesar dari kesemuanya. Obat-obatan, program pengobatan dan pemahaman yang lebih baik tentang HIV dan AIDS memungkinkan orang yang terinfeksi untuk hidup normal, sehat dan hidup produktif.
Sumber : detikHealth.com 27 Aprl 2011
0 comments:
Post a Comment